Sesekali, aku ingin mengintip Surga
Seperti apa kegembiraan yang tersirat didalamnya?
Tubuh yang hina ini mencoba menembus perbatasan antara Neraka dan Surga
Kubuka gerbang kokoh itu, dan yang kulihat adalah ruang kosong dengan satu pintu emas di ujung lainnya.
Masih di dalam tubuh hina ini aku berjalan
Aku berpijak pada lantai-lantai yang tak beralas
Lingkup ini sedikit memaksaku untuk menarik nafas lebih dalam
Semakin jauh aku berjalan, semakin ringkuh tubuh ini menembus dimensi pertautan
Sampai ku di tengah perjalanan
Dimana hati ini mulai menarik segala ambisi yang tadinya menelan seluruh aku
Sayap hitamku koyak,
Aku bahkan tidak ingat, sejak kapan aku menjadi sehancur ini dalam wujud hinaku?
Sejauh yang kuingat, aku disana karena mimpi
Badan ini gontai
Detik berikutnya sayap ini patah keduanya
Namun aku masih dalam perangaiku dari dunia kegelapan
Kesakitan ini sungguh luar biasa...
Aku tidak ingat,
Apa yang membuatku bermimpi ingin mengunjungi Surga
Namun yang kutahu,
Sesuatu menungguku disana
Aku hampir musnah dalam kegalauanku
Namun entah mengapa, ini terlalu dini untuk terakhiri
Dengan wujud setetengah abadi aku melanjutkan perjalanan ini
Selangkah demi selangkah, perih pun kian menjadi
Tubuh ini perlahan-lahan koyak
Wujud ini jatuh satu demi satu
Aku mengerang
Aku kesakitan
Aku menutup mata
Dan seketika ku tersadar
Aku telanjang...
Namun pintu itu tak lagi jauh...
Dan aku tak lagi peduli mau seperti apa wujudku nanti...
Aku hanya ingin berlari
Aku hanya ingin menjemput mimpi....
Dan sesampaiku disana
Aku melihat yang tercinta tersenyum sambil berkata...
“Aku tahu kau kan datang untukku”
Dan dia lah Surgaku...
Jumat, 09 September 2011
Ketika Berjelaga
Keheningan ini sedikit mengusik jiwa yang tertunda
Sebuah kerinduan yang tertata kembali atas masa lalu
Sebuah pinta yang terkubur oleh sekat-sekat kehidupan
Kini sang pemeran utama kembali menjejakkan benak yang telah lama dingin
Hidup yang terlanjur berjelaga
Terlanjur menganga dalam serpihan raga yang utuh
Mungkin ini rasa...
Rasa yang bersembunyi dibalik ragu...
Ragu untuk menjadi siapa...
Sekali lagi lautan sunyi membahana...
Membahana kepada jiwa yang rabun
Membahana kepada sukma yang tuli
Sesosok objek penderita menjadi alasan atas berdirinya ketimpangan ini
Namun ia bahagia...
Ia bahagia dalam persembunyiannya yang pelik
Ia bahagia dalam keambiguan hati...
Dan semua telah menjadi setara....
Selaras...
Tanpa ketimpangan...
Tanpa kehilangan...
Sebuah kerinduan yang tertata kembali atas masa lalu
Sebuah pinta yang terkubur oleh sekat-sekat kehidupan
Kini sang pemeran utama kembali menjejakkan benak yang telah lama dingin
Hidup yang terlanjur berjelaga
Terlanjur menganga dalam serpihan raga yang utuh
Mungkin ini rasa...
Rasa yang bersembunyi dibalik ragu...
Ragu untuk menjadi siapa...
Sekali lagi lautan sunyi membahana...
Membahana kepada jiwa yang rabun
Membahana kepada sukma yang tuli
Sesosok objek penderita menjadi alasan atas berdirinya ketimpangan ini
Namun ia bahagia...
Ia bahagia dalam persembunyiannya yang pelik
Ia bahagia dalam keambiguan hati...
Dan semua telah menjadi setara....
Selaras...
Tanpa ketimpangan...
Tanpa kehilangan...
Karna Kau Adalah Yang Kucinta
Setiap liku ini adalah makna
Makna dimana aku mendapati dirimu adalah takdir
Dimana kau menjadi langit atas jiwaku
Dimana kau menjadi hembusan di setiap nafasku
Dunia ini hanya ada kamu
Dimana setiap keheningan adalah semu atas bayangmu
Di setiap sudut keriuhan hanya ada canda tawamu
Dan hangat sang fajar adalah mutlak pelukmu
Indahnya keheningan dari mencinta
Meski lekuk dari sang fajar tak mampu hembuskan rasa ini padamu
Aku ingin kau disini...
Mendengar desau dari hati dan jiwa ini
Dan biarlah langit yang bercerita
Jika bilik dari empunya segala rasa tak mampu menginterpretasikan kejujuran ini
Dan biarlah cinta yang berbicara
Jika mulut ini seketika menjadi bisu ketika kau hadir di depan kedua bola mataku
Karna kau begitu dirimu
Karna kau begitu kamu
Karna itu kau maka disana aku
Makna dimana aku mendapati dirimu adalah takdir
Dimana kau menjadi langit atas jiwaku
Dimana kau menjadi hembusan di setiap nafasku
Dunia ini hanya ada kamu
Dimana setiap keheningan adalah semu atas bayangmu
Di setiap sudut keriuhan hanya ada canda tawamu
Dan hangat sang fajar adalah mutlak pelukmu
Indahnya keheningan dari mencinta
Meski lekuk dari sang fajar tak mampu hembuskan rasa ini padamu
Aku ingin kau disini...
Mendengar desau dari hati dan jiwa ini
Dan biarlah langit yang bercerita
Jika bilik dari empunya segala rasa tak mampu menginterpretasikan kejujuran ini
Dan biarlah cinta yang berbicara
Jika mulut ini seketika menjadi bisu ketika kau hadir di depan kedua bola mataku
Karna kau begitu dirimu
Karna kau begitu kamu
Karna itu kau maka disana aku
Langganan:
Postingan (Atom)