Jumat, 09 September 2011
Maaf Jika ini Memang Tidak Sempurna
Apa yang terjadi di kala kita tak ingin memilih?
Akankah fenomena terjadi?
Apa yang terjadi ketika matahari mengutuki buminya?
Bahagiakah penghuninya?
Kita sedang berbicara tentang rasa
Sebuah rasa yang lama tertinggal
Sebuah kerinduan yang pupus..
Sebelum ia melebarkan sayapnya kepada puing-puing pengharapan
Gelap mata yang tak mampu membedakan gelap terang cahaya
Atau...
Hati yang sedang tak ingin membuka diri?
Lelah menaungi setiap ratapan
Akankah usai?
Peran terhadap siapa pelindung dan dilindungi...
Akankah kau disana?
Untuk menolehpun kau enggan...
Adakah terpikirkan olehmu jikalau hati ini letih?
Letih terhadap setiap ketidak wajaran yang kerap terjadi?
Kali ini aku hanya membahasakannya dalam diam
Rintih ini kudekap pelan dalam pintu nurani terdalam
Seakan denyut nadi pun ikut meredam dalam diam
Aku hanya ingin berjalan dengan sebagaimana mestinya
Antara kau, aku dan lainnya...
Dapatkah kau mengerti?
Aku hanya merindukan suatu kewajaran
Dan maaf jika kita harus berjalan pada ketidaksempurnaan...
Ketika Kosong Menjadi Duniaku
Aku masih berdiri di ambang putik cintaku
Masih mempertanyakan keberadaannya dalam hidupku
Akankah aku masih mengejar demi indahnya fana?
Sebuah dunia yang kuharapkan hadir menjemput layuku
Sebuah dunia yang menonggak dahagaku
Sebuah dunia yang ternyata tak pernah cukup bagiku
Entah karena aku
Entah karenanya
Kau boleh mengatakan kebimbanganku sedang meraja
Namun realita mengungkap kamuflase bahwa aku pun tak di sana
Sekelibat mimpi seraya berdansa
Aku pun menari dalam labirin jiwa yang tak lagi bernyawa
Aku dan kosong
Angan pun tak berani berkutik menjemput senja
Hanya aku dan pengelana waktu
Hanya aku dan kebimbanganku...
Masih mempertanyakan keberadaannya dalam hidupku
Akankah aku masih mengejar demi indahnya fana?
Sebuah dunia yang kuharapkan hadir menjemput layuku
Sebuah dunia yang menonggak dahagaku
Sebuah dunia yang ternyata tak pernah cukup bagiku
Entah karena aku
Entah karenanya
Kau boleh mengatakan kebimbanganku sedang meraja
Namun realita mengungkap kamuflase bahwa aku pun tak di sana
Sekelibat mimpi seraya berdansa
Aku pun menari dalam labirin jiwa yang tak lagi bernyawa
Aku dan kosong
Angan pun tak berani berkutik menjemput senja
Hanya aku dan pengelana waktu
Hanya aku dan kebimbanganku...
Fenomena Sang Bulan
Denting dari hausnya perih kembali berkelana
Kini ungu violet menjadi perspektif atas hidupnya
Entah karena ricuh, entah karena kosong
Badai kembali meronta dalam kamuflase semilir angin
Potret dari sebuah realita yang bergejolak dalam semu
Penat yang telah lama terlelap hingga lupa untuk menjemput kesurutannya
Dia yang ditampar dengan kutuk
Dia pula yang akan mereda dalam kalut
Malam ini biarkan bulan mendapati dirinya...
Dan biarkan malam menelan sinarnya....
Biarkan paradigma menguasai benaknya...
Dan biarkan mereka merasuk hingga ke pelupuk jiwa...
Karena bulan adalah malam..
Dan hanya dengan malam bulan pun melebarkan sayapnya...
Kini ungu violet menjadi perspektif atas hidupnya
Entah karena ricuh, entah karena kosong
Badai kembali meronta dalam kamuflase semilir angin
Potret dari sebuah realita yang bergejolak dalam semu
Penat yang telah lama terlelap hingga lupa untuk menjemput kesurutannya
Dia yang ditampar dengan kutuk
Dia pula yang akan mereda dalam kalut
Malam ini biarkan bulan mendapati dirinya...
Dan biarkan malam menelan sinarnya....
Biarkan paradigma menguasai benaknya...
Dan biarkan mereka merasuk hingga ke pelupuk jiwa...
Karena bulan adalah malam..
Dan hanya dengan malam bulan pun melebarkan sayapnya...
Langganan:
Postingan (Atom)